TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH--selanjutnya 
disingkat dengan TAPAK SUCI, adalah perguruan seni beladiri 
Indonesia yang memiliki kelengkapan organisasi, metode pembinaan, 
kurikulum pendidikan dan program, secara resmi berdiri pada tanggal 31 
Juli 1963, atau bertepatan dengan 10 Rabi'ulawal 1383 H, di Kauman, 
Yogyakarta.
Sejarah TAPAK SUCI sebagai sebuah
 perguruan pencak silat, dimulai jauh sebelum itu.  TAPAK SUCI merupakan
 peleburan dan kelanjutan dari paguron-paguron yang beraliran 
Banjaran-Kauman, yaitu Kauman, Seranoman, dan Kasegu. Seiring dengan 
perkembangan jaman dan pengetahuan manusia, aliran Banjaran-Kauman yang 
menjadi akar keilmuan TAPAK SUCI terus dikembangkan secara metodis dan 
dinamis, tanpa meninggalkan kekhasannya. TAPAK SUCI adalah perguruan 
seni beladiri yang berlandaskan Islam. Dengan landasan Al Qur'an dan 
As-Sunnah, TAPAK SUCI memperkuat Ketauhidan kepada Allah SWT dan 
senantiasa berlindung dari berbagai bentuk kemusyrikan dan menyesatkan.
Menceritakan sejarah perguruan bukanlah berarti 
menceritakan jasa dan melebihkan keistimewaan dari satu orang.  Begitu 
pula dengan sejarah perguruan TAPAK SUCI. TAPAK SUCI bangkit dan tegak 
dalam panggung sejarah, bukan karena jasa satu orang, atau bukan karena 
hasil buah pikir satu orang.  Menceritakan sejarah TAPAK SUCI berarti 
menceritakan kisah banyak orang dalam panggung sejarah TAPAK SUCI. Lebih
 dari itu, menceritakan sejarah TAPAK SUCI berarti mengambil hikmah yang
 dalam akan nilai-nilai yang patut diteladani, yang terjadi pada 
lintasan sejarah itu sendiri.
Bermula dari 
dua pendekar kakak beradik, A.Dimyati dan M.Wahib yang belajar pencak 
kepada KH.Busyro Syuhada di Banjarnegara, Jawa Tengah. Selanjutnya, 
keduanya berkelana (mengembara) ke arah barat dan timur Pulau Jawa untuk
 adu kaweruh. Kelak kemudian setelah keduanya kembali ke Yogyakarta, 
selanjutnya menerima murid dan mendirikan paguron, yang kelak paguron 
itu menjadi cikal bakal berdirinya Perguruan TAPAK SUCI.
KH. Busyro 
Syuhada
KH. Busyro Syuhada lahir pada 
tahun 1872, dan memiliki nama kecil Ibrahim. Beliau adalah putera dari 
KH. Syuhada, di Banjarnegara. Sepulang dari Tanah Suci, beliau 
mendirikan pesantren di Binorong, Banjarnegara, Jawa Tengah. Achyat (H. 
Burhan), dan M. Yasin (H. Abu Amar Syuhada), adalah murid-murid 
KH.Busyro Syuhada. Murid lainnya yang pernah belajar kepada KH.Busyro 
Syuhada adalah Sudirman, yang kelak berkiprah dalam dunia milter 
dan dikenal sebagai Panglima Besar Jenderal Sudirman.
KH. Abu Amar Syuhada sendiri adalah murid 
sekaligus teman seperjuangan KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. 
Sehingga dapat dikatakan, bahwa ketiga tokoh tersebut (KH. Busyro 
Syuhada, KH. Abu Amar Syuhada, dan KH. Burhan) adalah termasuk kalangan 
pendekar pencak yang mendukung gerakan KH.Ahmad Dahlan ini.
Sekitar tahun 1921 dalam konferensi Pemuda 
Muhammadiyah di Kauman, Yogyakarta, itulah pertama kali KH. Busyro 
bertemu dengan dua kakak beradik anak asli Kauman, yaitu A. Dimyati dan 
M. Wahib. Diawali dengan adu kaweruh (adu ilmu) antara M. Wahib dengan 
KH. Burhan, selanjutnya dua kakak beradik A. Dimyati dan M. Wahib 
mengangkat KH. Busyro Syuhada sebagai guru.  Maka sejak itu kedua kakak 
beradik ini belajar kepada KH. Busyro Syuhada, di Binorong, 
Banjarnegara. Disebutkan bahwa KH. Busyro lebih mengarah kepada 
penguasaan ilmu pencak inti, sedangkan KH. Burhan lebih mengarah kepada 
penguasaan ilmu pencak ragawi. Menurut riwayat, kedua kakak beradik 
A.Dimyati dan M.Wahib belajar pada kali pertama selama lima hari untuk 
menguasai 15 Jurus, dan 5 Kembangan. Untuk selanjutnya, secara 
keseluruhan keduanya belajar kepada KH.Busyro Syuhada selama sembilan 
bulan.
Sebagai orang yang mendalami dan 
mengasah ilmu, mengembara dan berkelana untuk adu kaweruh, adalah hal 
yang dijalani oleh kedua kakak beradik A.Dimyati dan M.Wahib ini. 
Suatu kali KH.Busyro Syuhada menunjuk A.Dimyati untuk berkelana ke arah 
barat, sedang M.Dimyati ditunjuk untuk berkelana ke arah timur. Dalam 
pengembaraannya selama tiga tahun, A. Dimyati berhasil menguasai pencak 
Cikalong-Cimande, dan Banten (Cibarosa). Adapun M.Wahib selama lima 
tahun berkelana di seluruh pulau Jawa khususnya bagian timur dan Madura,
 termasuk Pulau Bawean. Karena sifatnya yang agresif dan terbuka dari 
Pendekar M.Wahib, maka pesan "adu kaweruh" itu juga diartikan dengan 
berkelahi,  adu kaweruh dengan para ahli pencak lainnya. Menurut riwayat
 yang dikisahkan oleh M.Wahib: "Kemana-mana saya naik turun panggung 
(gelanggang) untuk tarung pencak untuk mendapatkan uang (menang). Kalau 
diperlukan, saya memakai senjata handuk dan sepotong besi sejengkal 
berlafal Alif". Senjata besi sejengkal berlafal "Alif" ciptaan M.Wahib 
ini diberi nama Senjata Alif.
Paguron Kauman 
Pada tahun 1925, bertempat di lingkungan Kauman Tengah, atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A.Dimyati dan M.Wahib membuka latihan pencak. Diriwayatkan puluhan murid ikut berlatih. Pada waktu itu digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua murid-muridnya, yaitu:
Pada tahun 1925, bertempat di lingkungan Kauman Tengah, atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A.Dimyati dan M.Wahib membuka latihan pencak. Diriwayatkan puluhan murid ikut berlatih. Pada waktu itu digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua murid-muridnya, yaitu:
- Cikauman/Pencak Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH.Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkripadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik.
- Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara.
- Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tanduk Kesucian.
Murid dari Kauman yang menonjol adalah M. 
Djuraimi (Mbah Djur), lalu selanjutnya M. Syamsuddin. Selain sebagai 
murid dari M.Wahib, M.Syamsuddin juga merangkap sebagai cantrik di rumah
 Pendekar M.Wahib. Kehandalan M. Syamsuddin terletak pada permainan kaki
 dan tangan, dengan jurus andalan Katak, Lembu Jantan, dan Harimau. Hal 
ini didukung oleh postur tubuh M. Syamsuddin yang kekar, karena selain 
gemar pencak M. Syamsuddin juga dikenal sebagai seorang pemain sepak 
bola yang handal. Setelah dinyatakan lulus, M. Syamsuddin diizinkan 
untuk menerima murid dan mendirikan paguron.
Paguron SeranomanSalah satu murid
 yang unggul dari dari Paguron Seranoman, adalah M. Zahid. Beliau adalah
 anak murid M. Syamsuddin, yang berotak cemerlang dan berkemampuan 
tinggi, serta pergaulannya luas. Salah satu kehandalan M. Zahid bertumpu
 pada ketajaman gerak. M. Zahid juga berhasil mengembangkan dari lima 
menjadi delapan kembangan, serta berhasil merancang pendidikan keilmuan 
pencak sehinga lebih metodis dan mudah untuk dimassalkan. Beliaulah yang
 mula-mula meletakkan dasar-dasar pembinaan secara metodis dan mudah 
dikembangkan.
Selanjutnya pada silsilah ke-4 
tampillah Moh.Djamiat Dalhar, yang tidak asing lagi di dunia olahraga 
Indonesia sebagai macan bola yang belum ada tandingannya. Selain 
itu pada generasi keempat ini juga tampil M.Bakir Odrus.
Pada generasi ke-5, Ibu Pertiwi mencatat nama dua 
puluh orang murid Kauman, yang dipimpin oleh KH.Burhan,  yang gugur 
sebagai kusuma bangsa ketika pertempuran melawan Belanda di belahan 
barat Yogyakarta, pada masaa Agresi II Belanda.
Ketika M. Zahid berpulang ke Rahmatullah, beliau 
belum sempat mendirikan paguron secara resmi. Namun begitu, beliau 
sempat melahirkan seorang murid berbakat, yaitu M.Barie Irsjad (generasi
 ke-6). Karena itulah, sepeninggal gurunya (M.Zahid) selanjutnya M.Barie
 Irsjad diserahkan kepada M. Syamsuddin. Demikian juga setelah selesai 
diserahkan kepada A. Dimyati dan M. Wahib, hingga akhirnya M.Barie 
Irsjad dinyatakan selesai dan berhasil mempertanggungjawabkan 11 
Kembangan.
Sebelum menggunakan haknya untuk 
menerima murid dan mendirikan paguron, M. Barie Irsjad diarahkan untuk 
menghadapi guru-guru pencak yang ditunjuk oleh Pendekar M. Wahib. 
Diantara guru-guru itu, lebih banyak adalah guru-guru dari aliran hitam.
Puncaknya adalah tantangan adu kaweruh melawan 
aliran hitam dengan taruhan bahwa siapa yang kalah harus pergi dari 
Kauman. Di bawah kesaksian Pemuda Muhammadiyah ranting Kauman, tepatnya 
tengah malam, bertempat di pelataran Mesjid Gede Kauman, Yogyakarta, 
berlangsunglah pertarungan tersebut. Atas izin Allah SWT jualah, dapat 
disaksikan sendiri bahwa yang bathil tidak akan dapat mengalahkan yang 
haq. M.Barie Irsjad berhasil melumpuhkan ilmu dari aliran hitam, atas 
izin Allah SWT.
Selesai dari penunjukan itu, 
kemudian M. Barie Irsjad juga diarahkan untuk adu kaweruh dengan 
Pendekar Abdul Rahman Baliyo, yang menguasai beraneka macam senjata. 
Disinilah  M. Barie Irsjad memperkuat pengertiannya, bahwa seseorang 
dapat melawan senjata kalau dapat menguasai permainan senjata. Terlebih 
lagi kemudian datang ke Kauman seorang perwira AL Jepang, bernama 
Makino. Meskipun tujuan yang utama dari kedatangannya ke Kauman itu 
adalah dalam rangka belajar agama Islam, akan tetapi ia sempat memberi 
pengajaran tentang senjata pedang Jepang (Katana) kepada pemuda-pemuda 
di Kauman, termasuk M. Barie Irsjad. Makino tertarik kepada ajaran 
Islam. Setelah masuk Islam, Makino berganti nama menjadi Omar Makino.
Pendekar Besar KH. Busyro Syuhada berpulang ke 
Rahmatullah pada bulan Ramadhan 1942. Kemudian pada tahun 1948 Pendekar 
Besar KH Burhan gugur bersama dengan 20 murid Kauman dalam pertempuran 
dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta. Kelak untuk mengenang 
para patriot itu, TAPAK SUCI membentuk kelompok inti, terdiri dari 20 
orang anggota, yang diberi nama KOSEGU (Korps Serba Guna). Untuk kali 
pertama KOSEGU secara aktif membantu penumpasan gerakan komunis di 
sekitar tahun 60-an.
Paguron Kasegu
Atas restu Pendekar Besar M. Wahib dan Pendekar Besar A. Dimyati, M. Barie Irsjad yang berada pada generasi ke-6 dari aliran Banjaran-Kauman ini, kemudian mendirikan Paguron KASEGU. Kalau paguron-paguron sebelumnya diberi nama sesuai dengan tempatnya, tidak demikian halnya dengan Paguron Kasegu. "Kasegu" (atau Segu) diambil dari nama sebuah senjata yang diciptakan oleh Pendekar M. Barie Irsjad, yaitu senjata khas yang berlafadz "MUHAMMAD". Kasegu (Segu) sendiri kemudian menjadi senjata khas Perguruan TAPAK SUCI. Adapun selain menciptakan senjata Segu, Pendekar M.Barie Irsjad juga menciptakan senjata-senjata lainnya, diantaranya yaitu senjata tongkat yang diberi nama Senjata/Tongkat Alif. Senjata ini dikembangkan dari senjata Alif milik Pendekar M.Wahib. Semasa hidupnya pula M.Barie Irsjad juga menciptakan senjata Golok Mawa dan Tombak Naga.
Atas restu Pendekar Besar M. Wahib dan Pendekar Besar A. Dimyati, M. Barie Irsjad yang berada pada generasi ke-6 dari aliran Banjaran-Kauman ini, kemudian mendirikan Paguron KASEGU. Kalau paguron-paguron sebelumnya diberi nama sesuai dengan tempatnya, tidak demikian halnya dengan Paguron Kasegu. "Kasegu" (atau Segu) diambil dari nama sebuah senjata yang diciptakan oleh Pendekar M. Barie Irsjad, yaitu senjata khas yang berlafadz "MUHAMMAD". Kasegu (Segu) sendiri kemudian menjadi senjata khas Perguruan TAPAK SUCI. Adapun selain menciptakan senjata Segu, Pendekar M.Barie Irsjad juga menciptakan senjata-senjata lainnya, diantaranya yaitu senjata tongkat yang diberi nama Senjata/Tongkat Alif. Senjata ini dikembangkan dari senjata Alif milik Pendekar M.Wahib. Semasa hidupnya pula M.Barie Irsjad juga menciptakan senjata Golok Mawa dan Tombak Naga.
Kembali kepada Paguron Kasegu 
yang didirikan oleh M.Barie Irsjad.  Paguron itu diberi nama Kasegu, 
karena juga merupakan singkatan dari "KAuman SErba GUna". Gerakannya 
waktu itu disebut dengan Kasegu Badai Selatan. Hal ini mengingat 
operasional paguron Kasegu berpusat di bagian selatan Kauman, dimana 
banyak pemuda Muhammadiyah yang menjadi murid dari Paguron Kasegu ini 
berdomisili di bagian selatan kampung Kauman.
Pada era Paguron Kasegu inilah, atau tepatnya pada
 bulan Janurari 1963, muncul gagasan untuk merealisasikan rencana 
mendirikan satu perguruan yang melebur serta melanjutkan paguron yang 
sejalur itu (Kauman, Seranoman dan Kasegu), perguruan yang berorientasi 
lebih luas, diorganisir dengan AD & ART, materi latihan yang 
tersusun, latihan yang teratur dan memakai seragam. Gagasan ini 
disampaikan kepada Pendekar M.Wahib. Pendekar M.Wahib menyatakan 
bersedia untuk menilai ilmu yang akan diajarkan. Untuk itu diadakanlah 
pertemuan-pertemuan keilmuan diantara ketiga paguron ini. 
Pertemuan-pertemuan ini dilalui dengan berbagai silang pendapat, adu 
kaweruh dan pembuktian. Keseluruhan dari pertemuan ini bertujuan untuk 
memantapkan bersama-sama akan konstruksi keilmuan yang akan diajarkan 
kelak, dan membahas konsep mengenai perguruan yang akan didirikan.
Dengan dasar itulah, dan dengan pengertian dan 
maksud agar persatuan dan perkembangan perguruan dapat dijamin tetap 
bertumbuh dan berkembang pada satu muara,  dan tidak selalu melahirkan 
aliran yang baru, Pendekar Besar A.Dimyati dan M.Wahib merestui bahwa 
Perguruan TAPAK SUCI adalah sebagai kelangsungan dari Paguron Kauman 
yang didirikan pada tahun 1925 dan berpusat di Yogyakarta.  Selain itu 
Pendekar Besar A.Dimyati pun memberikan pesan dan petunjuk: "Kalau 
ketemu aliran pencak silat (beladiri) apapun, nilailah kekuatannya". 
Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi sikap ini adalah sangat 
kontradiksi dengan sifat pendekar pada umumnya yang tidak mau melihat 
kelebihan orang dan selalu mengatakan dirinya yang terbaik dan terkuat. 
Sikap mental Pendekar A.Dimyati ini untuk selanjutnya menjadi dasar 
sikap mental pendekar-pendekar TAPAK SUCI.
Untuk 
merealisasikan rencana pendirian perguruan ini Pendekar M. Wahib 
mengutus 3 orang muridnya yang belum dibaiat, yaitu: Ahmad Djakfar, 
Slamet, dan M.Dalhar Suwardi. Kemudian M. Syamsuddin mengirim 2 orang 
muridnya yaitu M.Zundar Wiesman dan Anis Susanto. Sedangkan murid yang 
berasal dari Kasegu antara lain yaitu Drs. Irfan Hadjam, M. Djakfal 
Kusuma, Sobri Ahmad, dan M.Rustam. Keseluruhannya merupakan murid-murid 
pada generasi ketujuh, generasi yang berperan dalam melahirkan Perguruan
 TAPAK SUCI. Sesungguhnya murid-murid generasi ketujuh ini mulai 
berlatih tahun 1957, dengan pembinaan yang dilakukan bersamaan dan 
berkelanjutan. Berdasarkan kenyataan inilah, yang akhirnya mengilhamkan 
gagasan untuk merealisasikan perguruan yang menyatukan murid-murid dari 
ketiga perguruan, perguruan yang lebih besar dan tidak berorientasi 
kampung, yang lebih kuat dan terorganisir.


Lahirnya
 TAPAK SUCI
Rencana untuk mendirikan 
perguruan ini kemudian disosialisasikan kepada para pemuka kampung, alim
 ulama, dan tokoh masyarakat. Ada beberapa pihak yang setuju dan 
mendukung, namun adapula yang tidak mengizinkan. Akan tetapi dihadapan 
penguasa kampung dinyatakan bahwa TAPAK SUCI bukan milik dan gerakan 
kampung Kauman, bahkan ketika itu dikatakan TAPAK SUCI adalah gerakan 
dunia.
Sementara itu dukungan datang 
dari beberapa ulama dan pemuka masyarakat, diantaranya H.Djarnawi 
Hadikusuma (putera Ki Bagus Hadikusuma), dan HR.Haiban Hadjid. Selain 
itu dukungan juga datang dari putera-putera para tokoh masyarakat dan 
ulama Muhammadiyah, yang menyatakan bergabung dengan TAPAK SUCI. Pada 
saat inilah secara de facto TAPAK SUCI adalah gerakan Muhammadiyah, 
TAPAK SUCI adalah putera Muhammadiyah.
Atas 
izin Allah SWT, pada malam Jumat, tanggal 10 Rabiulawwal 1383 H, atau 
bertepatan dengan 31 Juli 1963, di Kauman, Yogyakarta, dideklarasikan 
berdirinya Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI. Pada waktu deklarasi 
digariskan bahwa Tapak Suci berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan, keilmuan 
Tapak Suci metodis dinamis, keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik. 
Kelahiran TAPAK SUCI merupakan jerih payah putera-putera Muhammadiyah. 
Mereka bahu membahu untuk memantapkan gerakan TAPAK SUCI tanpa pamrih. 
Nama Perguruan dirumuskan dengan mengambil dasar dari ajaran Perguruan 
Kauman, maka ditetapkanlah nama TAPAK SUCI. Tata tertib upacara disusun 
oleh Moh. Barie Irsyad. Doa dan Ikrar disusun oleh H. Djarnawi 
Hadikusuma. Lambang Perguruan diciptakan oleh M. Fahmie Ishom. Lambang 
Anggota diciptakan oleh Suharto Sudjak. Lambang Tim Inti Kosegu dibuat 
oleh Ajib Hamzah. Bentuk dan warna pakaian ditentukan oleh M. Zundar 
Wiesman dan Anis Susanto.
Susunan 
pengurusnya yang pertama sebagaimana tersebut sebagai berikut:
Pelindung:  H. Djarnawi 
Hadikusuma
Penasehat: Drs.Med. M. Diham Hadjam
Ketua I: M.Barie Irsjad
Ketua II: Drs.Irfan Hadjam
Sekretaris I: M.Rustam
Sekretaris II: M.Dalhar Suwardi
Bendahara I: M.Sobri Achmad
Bendahara II: M.Zundar Wiesman
Perlengkapan: Achmad Djakfar; M.Slamet
Anggota: M.Djakfal Kusuma; Anis Susanto
Bidang Keilmuan: A. Dimyati; M.Wahib
Bidang Medis: Dr.M.Baried Ishom
Penasehat: Drs.Med. M. Diham Hadjam
Ketua I: M.Barie Irsjad
Ketua II: Drs.Irfan Hadjam
Sekretaris I: M.Rustam
Sekretaris II: M.Dalhar Suwardi
Bendahara I: M.Sobri Achmad
Bendahara II: M.Zundar Wiesman
Perlengkapan: Achmad Djakfar; M.Slamet
Anggota: M.Djakfal Kusuma; Anis Susanto
Bidang Keilmuan: A. Dimyati; M.Wahib
Bidang Medis: Dr.M.Baried Ishom
Dan pada 
kenyataannya kelak, TAPAK SUCI merupakan penutup dan sebagai perguruan 
terakhir yang dilahirkan dan dikembangkan oleh kalangan Persyarikatan 
Muhammadiyah, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH.Ahmad Dahlan, 
membina pencak silat yang berwatak serta berkripadian Indonesia, bersih 
dari sesat dan sirik, serta mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama
 serta bangsa dan Negara, yang dikembangkan dengan methodis dan dinamis.
Pada bulan Ramadhan 1383H/Januari 1964, tepat pada
 waktu shalat Maghrib di Mesjid Gede Kauman, Yogyakarta, Pendekar Besar 
M.Wahib wafat. Hal ini tentu menjadi duka bagi Tapak Suci yang kala itu 
masih baru dilahirkan. Namun Islam mengajarkan kepada setiap pemeluknya 
mesti berusaha, sambil meneladani hal-hal yang baik dari para pendahulu,
 dan bukan mengagung-agungkan secara berlebihan ataupun meratapi 
kepergian orang yang telah meninggal. Alhamdulillah, pada usia enam 
bulan Tapak Suci dapat tampil yang pertama dihadapan masyarakat yaitu 
pada Pagelaran Pencak Silat dalam Pembukaan Kongres Islam Asia Afrika di
 Kepatihan, Yogyakarta.
Sekitar tahun
 1964 kita ketahui bahwa gerakan komunis di Indonesia telah semakin 
menjadi-jadi di seluruh pelosok negeri. Mereka semakin terang-terangan 
mengintimidasi kaum Muslim dan menggerogoti kesatuan Bangsa. Saat itu 
konsentrasi beladiri Tapak Suci diarahkan untuk menghadapi gerakan 
komunis, baik sebagai aktifis di pergerakan-pergerakan, maupun sebagai 
pelatih pencak silat bagi para aktifis pergerakan. Pencak silat pada 
masa itu memang dibutuhkan, apalagi sebagai alat perkelahian, dan sarana
 untuk penggemblengan fisik dan mental. Tahun 1964 dibukalah pendaftaran
 anggota untuk umum secara besar-besaran. Pada kesempatan ini cukup 
banyak calon anggota yang mendaftar, termasuk yang berasal dari kalangan
 aktifis KAPPI, KAMI, dan HMI, di Yogyakarta. Tak hanya itu. Beberapa 
cabang Muhammadiyah di daerah-daerah juga membutuhkan tenaga pelatih 
untuk melatih para kader Muhammadiyah di tempatnya.
Hal ini juga diikuti oleh kelompok-kelompok pemuda
 yang membentuk sel-sel (kelompok) tersendiri di kampung-kampung lain 
dalam rangka  untuk mengganyang kekuatan komunis. Kelompok-kelompok 
pemuda ini antara lain Benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkasa di 
Kampung Suronatan, termasuk M. Djuraimi kelak membentuk perguruan Eka 
Sejati di Kampung Karangkajen.
Aris Margono 
(pelajar SPG Muhammadiyah I Yogyakarta), adalah salah satu murid yang 
belajar Tapak Suci pada masa itu. Ia adalah aktifis KAPPI di Yogyakarta.
 Ia gugur pada tanggal 10 Maret 1966, dan kemudian diabadikan sebagai 
Pahlawan Ampera di Yogyakarta. Seorang aktifis lainnya, Aris Munandar 
(Pelajar SMP Muhammadiyah X, Yogyakarta), juga gugur pada hari yang 
sama.
Setelah meletusnya pemberontakan 
G30 S/PKI, Tapak Suci kembali ke sarang dan berkonsetrasi kembali pada 
organisasi. Kali ini organisasi mesti memenuhi kebutuhan untuk melatih 
di daerah-daerah. Beberapa daerah mengajukan permintaan untuk dibuka 
latihan Tapak Suci. Hal itu pulalah yang mendorong Tapak Suci cepat 
tersebar ke daerah-daerah. Beberapa praktisi beladiri yang berada di 
lingkungan Muhammadiyah pun ikut bergabung dengan Tapak Suci, sehingga 
dengan demikian menyemarakkan gegap gempita Tapak Suci baik dari sisi 
organisasi maupun keilmuan. Perguruan Tapak Suci yang awalnya hanya di 
Yogyakarta akhirnya berkembang keluar Yogyakarta dan masuk ke 
daerah-daerah lainnya. Tapak Suci betul-betul dihadapkan pada tantangan 
berupa kaderisasi dan manajerial organisasi.
Keluarga Pertama
Di Jember, 
Jawa Timur, sebelumnya sudah terdapat sebuah perguruan besar yang juga 
dimotori oleh keluarga Muhammadiyah disana, yaitu Perguruan Guntur.  
Perguruan Guntur dipimpin oleh H.Syeh Abussamad Alwi, Buchory Achmad, 
dan Hadiningram. Ketika Tapak Suci mengembangakn sayapnya ke wilayah 
timur, kedua perguruan ini saling bertemu.
Karena didasari oleh Al Islam, maka di pertemuan itu sesungguhnya masing-masing pendekar baik di Guntur maupun di Tapak Suci sudah sama-sama bijak dan menyadari, bahwa dua kekuatan memang semestinya bergabung menjadi satu kekuatan. Tidak ada kekuatan tanpa persatuan, tidak ada persatuan tanpa keutamaan, tidak ada keutaman melainkan keutamaan ahlak. Hati kedua perguruan ini memang mendambakan ikatan yang kuat dan saling mengisi.
Namun secara teknis, memadukan dua keilmuan sehingga menjadi keilmuan yang saling mengisi, itulah yang mesti dipertimbangkan secara bijak oleh masing-masing pendekar. Perguruan Guntur menyatakan akan bergabung dengan Tapak Suci apabila Tapak Suci memiliki kelebihan.
Setelah melalui pembuktian, penampilan jurus, dan adu kaweruh, cita-cita kedua perguruan ini dimuluskan oleh Allah SWT. Perguruan Guntur menyatakan bergabung dengan Tapak Suci. Kedua hati itu kini saling mengisi, atas ridho dan kehendak Allah SWT. Sejak itulah, Jember sebagai Keluarga Pertama Tapak Suci yang berada di luar Yogyakarta.
Pemantapan Organisasi
Karena didasari oleh Al Islam, maka di pertemuan itu sesungguhnya masing-masing pendekar baik di Guntur maupun di Tapak Suci sudah sama-sama bijak dan menyadari, bahwa dua kekuatan memang semestinya bergabung menjadi satu kekuatan. Tidak ada kekuatan tanpa persatuan, tidak ada persatuan tanpa keutamaan, tidak ada keutaman melainkan keutamaan ahlak. Hati kedua perguruan ini memang mendambakan ikatan yang kuat dan saling mengisi.
Namun secara teknis, memadukan dua keilmuan sehingga menjadi keilmuan yang saling mengisi, itulah yang mesti dipertimbangkan secara bijak oleh masing-masing pendekar. Perguruan Guntur menyatakan akan bergabung dengan Tapak Suci apabila Tapak Suci memiliki kelebihan.
Setelah melalui pembuktian, penampilan jurus, dan adu kaweruh, cita-cita kedua perguruan ini dimuluskan oleh Allah SWT. Perguruan Guntur menyatakan bergabung dengan Tapak Suci. Kedua hati itu kini saling mengisi, atas ridho dan kehendak Allah SWT. Sejak itulah, Jember sebagai Keluarga Pertama Tapak Suci yang berada di luar Yogyakarta.
Pemantapan Organisasi
Di 
tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang 
dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai
 daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan 
organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikembangkan lagi 
namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia 
Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Kemudian pada Sidang Tanwir Muhammadiyah
 di tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi 
organisasi otonom ke-11 di Persyarikatan Muhammadiyah.
Dari rintisan sejarah ini dapat kita temui bahwa Tapak Suci tidak dibesarkan oleh kehebatan orang perorang. Keilmuan Tapak Suci pun bukan kehebatan keilmuan dari satu orang semata. Tapak Suci besar karena berjamaah. Tapak Suci lahir karena ridho dan kerelaan, yang direspon oleh niat yang ikhlas dan kerja yang nyata. Tindak-tanduk kesucian telah mengisyaratkan anggotanya untuk melepas noda yang mengotori yang bisa membatalkan setiap amalan.
Dari rintisan sejarah ini dapat kita temui bahwa Tapak Suci tidak dibesarkan oleh kehebatan orang perorang. Keilmuan Tapak Suci pun bukan kehebatan keilmuan dari satu orang semata. Tapak Suci besar karena berjamaah. Tapak Suci lahir karena ridho dan kerelaan, yang direspon oleh niat yang ikhlas dan kerja yang nyata. Tindak-tanduk kesucian telah mengisyaratkan anggotanya untuk melepas noda yang mengotori yang bisa membatalkan setiap amalan.
Prestasi olahraga dan seni
Dalam Kejuaraan Nasional I Tapak Suci tahun 1967 di Jember, pertandingan Pencak Silat Tapak Suci dilaksanakan dengan pertarungan bebas. Hal ini bercermin dari tradisi perguruan sejak dulu dalam melakukan sabung (pertarungan) yaitu dengan menggunakan full-body contact, yang mana setiap anggota tubuh adalah sasaran sah untuk diserang, kecuali mata dan kemaluan. Namun ternyata sistem pertarungan seperti itu tidak dapat diterapkan dalam pertandingan olahraga karena dapat mengakibatkan cidera, cacat permanen, bahkan kematian. Maka seiring dengan itu pula maka pasca Kejurnas I di Jember tahun 1967 itu sistem pertandingan olahraga Tapak Suci terus mengalami penyempurnaan demi penyempurnaan, sekalipun hingga beberapa dasawarsa ke depan kemudian, sistem pertandingan olahraga Tapak Suci tetap tidak menggunakan pelindung badan (body-protector), dengan pengertian bahwa "pelindung badan" pesilat Tapak Suci adalah keilmuan dan ketangkasan si pesilat. Pada Kejurnas I di Jember itu pun sudah diperlombakan pencak silat seni, yang mana yang dilombakan adalah Kerapihan Teknik Permainan.
Dalam Kejuaraan Nasional I Tapak Suci tahun 1967 di Jember, pertandingan Pencak Silat Tapak Suci dilaksanakan dengan pertarungan bebas. Hal ini bercermin dari tradisi perguruan sejak dulu dalam melakukan sabung (pertarungan) yaitu dengan menggunakan full-body contact, yang mana setiap anggota tubuh adalah sasaran sah untuk diserang, kecuali mata dan kemaluan. Namun ternyata sistem pertarungan seperti itu tidak dapat diterapkan dalam pertandingan olahraga karena dapat mengakibatkan cidera, cacat permanen, bahkan kematian. Maka seiring dengan itu pula maka pasca Kejurnas I di Jember tahun 1967 itu sistem pertandingan olahraga Tapak Suci terus mengalami penyempurnaan demi penyempurnaan, sekalipun hingga beberapa dasawarsa ke depan kemudian, sistem pertandingan olahraga Tapak Suci tetap tidak menggunakan pelindung badan (body-protector), dengan pengertian bahwa "pelindung badan" pesilat Tapak Suci adalah keilmuan dan ketangkasan si pesilat. Pada Kejurnas I di Jember itu pun sudah diperlombakan pencak silat seni, yang mana yang dilombakan adalah Kerapihan Teknik Permainan.
Ketika Tapak Suci memantapkan diri dalam gerakan 
olahraga dan seni, keilmuan Tapak Suci ditampilkan melalui 4 aspek; 
mental-spiritual, olahraga, seni, dan beladiri. Adapun ilmu pengebalan 
tubuh ataupun anggota tubuh berupa alat penyasar, mulai ditinggalkan. 
Hal ini mengingat adanya anjuran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat 
Muhammadiyah agar ilmu tersebut disimpan, kalau toh itu ilmu yan haq, 
akan tetapi dikhawatirkan dapat menjadi satu kesombongan.
Perguruan Historis IPSI
Pada masa-masa perkembangan Perguruan Tapak Suci yang telah merambah ke persada nusantara, maka dipandang perlu bagi Perguruan Tapak Suci untuk mencari induk organisasi pencak silat. Pada waktu itu sekurang-kurangnya ada tiga organisasi yang menamakan diri sebagai induk organisasi pencak silat Indonesia, yaitu: PPSI yang digerakkan dari Bandung, IPSI yang digerakkan dari Jakarta, dan BAPENSI yang digerakkan dari Yogyakarta, yang masing-masing mencari kekuatan pendukung.
Pada masa-masa perkembangan Perguruan Tapak Suci yang telah merambah ke persada nusantara, maka dipandang perlu bagi Perguruan Tapak Suci untuk mencari induk organisasi pencak silat. Pada waktu itu sekurang-kurangnya ada tiga organisasi yang menamakan diri sebagai induk organisasi pencak silat Indonesia, yaitu: PPSI yang digerakkan dari Bandung, IPSI yang digerakkan dari Jakarta, dan BAPENSI yang digerakkan dari Yogyakarta, yang masing-masing mencari kekuatan pendukung.
Melalui Rapat Kerja Nasional yang dilaksanakan 
pada tanggal 19 s.d 20 April 1967 di Pekalongan, disamping memutuskan 
dan mengesahkan Anggaran Rumah Tangga, Tapak Suci berketetapan hati 
memilih Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (sekarang Ikatan Pencak 
Silat Indonesia) sebagai induk organisasi pencak silat. Untuk itu Tapak 
Suci didaftarkan kepada PB. IPSI dan langsung diterima menjadi anggota 
nasional. Kelak kemudian Tapak Suci didudukkan sebagai salah satu dari 
10 Perguruan Historis IPSI, mengingat peran Tapak Suci yang menunjang 
tegak berdirinya PB. IPSI yang kala itu kondisinya sedang kritis.
Kiprah Tapak Suci
Maka kelak kiranya Tapak Suci menjalankan tugas dan peran yang tidak mudah. Di satu sisi Tapak Suci adalah organisasi dakwah yang berinduk ke Muhammadiyah. Di sisi lain Tapak Suci adalah organisasi pencak silat dengan induknya IPSI. Pada dimensi lainnya, Tapak Suci adalah sebuah ilmu beladiri, namun juga merupakan gerakan olahraga dan seni. Hal ini menuntut organisasi dan keilmuan dapat seiring sejalan. Kelak itulah mengapa Sabuk yang terurai pada pesilat Tapak Suci, harus sama panjang di kedua sisi dan tepat jatuhnya di tengah, tidak lebih panjang di satu sisi saja
Maka kelak kiranya Tapak Suci menjalankan tugas dan peran yang tidak mudah. Di satu sisi Tapak Suci adalah organisasi dakwah yang berinduk ke Muhammadiyah. Di sisi lain Tapak Suci adalah organisasi pencak silat dengan induknya IPSI. Pada dimensi lainnya, Tapak Suci adalah sebuah ilmu beladiri, namun juga merupakan gerakan olahraga dan seni. Hal ini menuntut organisasi dan keilmuan dapat seiring sejalan. Kelak itulah mengapa Sabuk yang terurai pada pesilat Tapak Suci, harus sama panjang di kedua sisi dan tepat jatuhnya di tengah, tidak lebih panjang di satu sisi saja

 







 
 
 
 

0 komentar:
Posting Komentar